Spencer Wall, fourth-year English and sociology major, talks about her experience wearing a hijab on Wednesday night at Kerbey Lane Cafe. Wall, a Christian from West Texas, embarked on a personal experience in which she dressed as a Muslim woman for a year, starting in April.
Apa yang dilakukan Spencer Wall, seorang perempuan AS berusia 20 tahun berasal West Texas, tergolong unik dan tidak lazim di tengah masyarakat yang majoriti sakular non-Muslim. Wall sendiri beragama Kristian, tapi sejak akhir April lalu, ia memutuskan untuk mengenakan busana muslimah lengkap dengan jilbabnya selama satu tahun ini.
Apa sebenarnya tujuan Wall melakukan itu semua?
Wall mengatakan bahwa ia tidak sedang berkesperimen tapi ia belajar dari pengalaman. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi bagian kumpulan miniroti-seperti komuniti Muslim- yang kehadirannya selalu dipandang sebelah mata dan dicurigai. Meski Wall sendiri mendakwa tidak suka mewakili komuniti Muslim.
"Saya bukan ingin mewakili para muslimah atau komuniti Muslim. Saya ingin tahu seperti apa rasanya menjadi seperti mereka, sebentar saja ..." ujar Wall.
Perubahan penampilan Wall tentu saja mengundang tanya teman-teman dan orang-orang di kawasan Wall. Dan Wall memang mengalami hal-hal yang tidak diharapkannya sejak mengenakan jilbab dan busana muslimah. Orang kerap memandang Wall dengan curiga, tidak mau berbicara dengannya dan ia sering menerima cemuhan. Bahkan pernah ada pengunjung di restoran tempatnya bekerja, menolak dilayani Wall. Tapi seperti kebanyakan muslimah di AS yang kerap menerima perlakuan tersebut, Wall tidak ambil peduli dan tetap melangkah.
Pertanyaan yang paling sering diterima Wall adalah pertanyaan dari mana ia berasal. Pertanyaan sempit orang-orang Amerika yang masih melihat warga Muslim sebagai pendatang haram. Awalnya, Wall menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan soal "keinginannya belajar dari pengalaman". Tapi lama-lama, Wall bosan juga dan menjawab pertanyaan itu dengan kalimat pendek,
Apa sebenarnya tujuan Wall melakukan itu semua?
Wall mengatakan bahwa ia tidak sedang berkesperimen tapi ia belajar dari pengalaman. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi bagian kumpulan miniroti-seperti komuniti Muslim- yang kehadirannya selalu dipandang sebelah mata dan dicurigai. Meski Wall sendiri mendakwa tidak suka mewakili komuniti Muslim.
"Saya bukan ingin mewakili para muslimah atau komuniti Muslim. Saya ingin tahu seperti apa rasanya menjadi seperti mereka, sebentar saja ..." ujar Wall.
Perubahan penampilan Wall tentu saja mengundang tanya teman-teman dan orang-orang di kawasan Wall. Dan Wall memang mengalami hal-hal yang tidak diharapkannya sejak mengenakan jilbab dan busana muslimah. Orang kerap memandang Wall dengan curiga, tidak mau berbicara dengannya dan ia sering menerima cemuhan. Bahkan pernah ada pengunjung di restoran tempatnya bekerja, menolak dilayani Wall. Tapi seperti kebanyakan muslimah di AS yang kerap menerima perlakuan tersebut, Wall tidak ambil peduli dan tetap melangkah.
Pertanyaan yang paling sering diterima Wall adalah pertanyaan dari mana ia berasal. Pertanyaan sempit orang-orang Amerika yang masih melihat warga Muslim sebagai pendatang haram. Awalnya, Wall menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan soal "keinginannya belajar dari pengalaman". Tapi lama-lama, Wall bosan juga dan menjawab pertanyaan itu dengan kalimat pendek,
"Saya bukan Muslim, tapi saya mengenakan jilbab karena saya menginginkannya."
Meski demikian, Wall mengakui pernyataannya itu tidak sepenuhnya benar, karana jauh di dalam hatinya ia merasa tidak boleh keluar rumah tanpa mengenakan busana muslimah. "Saya pernah mencuba tidak mengenakan jilbab sehari saja. Ternyata saya tidak mampu melakukannya," aku Wall.
Bukan hanya dalam berbusana, Wall juga mengikuti kebiasaan sebagaimana layaknya muslimah. Ia menolak hubungan seks bebas dengan lelaki. Di butik pakaian, Wall pernah meminta pelayan butik untuk menutup celah yang agak terbuka di tempat ganti pakaian, kerana kakinya akan terlihat ketika mencuba pakaian.
Wall mengatakan, pengalamannya "menjadi seorang muslimah" mengajarkannya untuk menghargai dan menghormati hal-hal yang sifatnya peribadi bagi dirinya sendiri. Satu hal yang menurut Wall, tidak pernah ia rasakan dalam ajaran agama Kristian. Wall bahkan mengatakan, suatu hari nanti ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjalankan solat lima waktu setiap hari.
"Seperti Anda tahu, kami hidup di tengah masyarakat yang tidak peduli dengan aktiviti peribadahan. Dengan pengalaman saya sekarang, saya merasakan diri saya lebih dekat dengan Tuhan," ungkap Wall.
"Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menghormati perempuan yang memutuskan untuk di rumah saja menjaga dan mendidik anak-anaknya, menghormati mereka yang mengenakan jilbab dan beraktiviti di luar atau ingin menjadi seorang CEO," sambung Wall.
Walaupun sudah berbusana muslimah dan menyatakan ingin mencuba solat lima waktu, untuk ketika ini cahaya Islam mungkin belum menyentuh Wall.
Meski demikian, Wall mengakui pernyataannya itu tidak sepenuhnya benar, karana jauh di dalam hatinya ia merasa tidak boleh keluar rumah tanpa mengenakan busana muslimah. "Saya pernah mencuba tidak mengenakan jilbab sehari saja. Ternyata saya tidak mampu melakukannya," aku Wall.
Bukan hanya dalam berbusana, Wall juga mengikuti kebiasaan sebagaimana layaknya muslimah. Ia menolak hubungan seks bebas dengan lelaki. Di butik pakaian, Wall pernah meminta pelayan butik untuk menutup celah yang agak terbuka di tempat ganti pakaian, kerana kakinya akan terlihat ketika mencuba pakaian.
Wall mengatakan, pengalamannya "menjadi seorang muslimah" mengajarkannya untuk menghargai dan menghormati hal-hal yang sifatnya peribadi bagi dirinya sendiri. Satu hal yang menurut Wall, tidak pernah ia rasakan dalam ajaran agama Kristian. Wall bahkan mengatakan, suatu hari nanti ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjalankan solat lima waktu setiap hari.
"Seperti Anda tahu, kami hidup di tengah masyarakat yang tidak peduli dengan aktiviti peribadahan. Dengan pengalaman saya sekarang, saya merasakan diri saya lebih dekat dengan Tuhan," ungkap Wall.
"Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menghormati perempuan yang memutuskan untuk di rumah saja menjaga dan mendidik anak-anaknya, menghormati mereka yang mengenakan jilbab dan beraktiviti di luar atau ingin menjadi seorang CEO," sambung Wall.
Walaupun sudah berbusana muslimah dan menyatakan ingin mencuba solat lima waktu, untuk ketika ini cahaya Islam mungkin belum menyentuh Wall.
Semoga di suatu saat Allah SWT memberikan hidayah Islam padanya.
sumber: http://eramuslim.com
Respon HEWI :
Dia (Spencer Wall) dah merasainya. Merasa dekat dengan tuhan semasa menjalankan perintah memakai hijab. Kita bagaimana? Adakah kita merasainya? Beza kita antara dia cuma IMAN. Tapi dia merasainya. Amat pelik kita tidak merasainya.
Menurut pendapat saya, muslimah yang mengenakan hijab ada beberapa ciri, Muslimah memakai hijab kerana....
1. Allah ( seperti yang dituntut Islam )
2. dah biasa berhijab dari kecil lagi, sebab mak suruh. Even masuk Universiti pun, kalau tak pakai hijab nanti keluarga kecewa dan marah. ( tergolong Islam pada keturunan ni )
3. suami atau boyfriend suka tengok kalau berhijab ni, nampak lawa dan sopan. ( ni tergolong dalam muslimah tak ada prinsip )
4. masa kuliah kena pakai, wajib. Setakat kawasan kampung ni, buat apa nak pakai, dari kecil sampai besar orang kampung tengok. Dah biasa. Macam keluarga la jugak. ( golongan hati yang berbolak balik )
Jadi, fikir semula. Dia (Spencer Wall) siapa, kita siapa. Berbalik kepada arahan Pencipta kita dalam surah An-Nur : 31
" Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram) dan memelihara kehormatan mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka atau saudara-saudara mereka atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam atau hamba-hamba mereka atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya. "
Moga hidayah Allah sampai kepada hati Spencer Wall untuk menerima kebenaran cahaya Islam.
Moga hidayah Allah juga membuka hati para muslimah kita di luar sana, yang masih meragukan
Iman mereka tentang hijab.